Kata-kataku terbatas terhadap jalanku
Orisinalku hanya sebatas konsumsiku
Keindahanku hanya sebatas pengertianku
Kemampuanku hanya sebanyak aku

Aku yang kerdil
Aku yang tak bermakna
di hadapak bimasakti tanpa arti
Atau hanya pengertianku yang masih belum mengeksplorasi
Bulan-bulan yang mengitari matahari?

Apa yang terjadi jika aku berkata tanpa berpikir
apakah yang keluar sihir atau hanya basa-basi

Mencintai menemani kekosongan
asap bumi dan juga kamar
residu nikmat terbatas sebatas candu
bak hidup
lari dari mati
membuat simbol
diatas abadi
ketakutan akan mati mencintai kekosongan
menemani
kehancuran tak terelak
melanda melankoli hati
diiringi musik kiamat
yang menyayat
namun mendamaikan
tengkorak purba
dan mayat hidup utopia
berlomba menuju mesopotamia
kedua

ingin jauh lebih tak bermakna?
tak ada hubungan jelas antara kolor hijau
dan novel tebal tak tersentuh di atas meja
tak ada metafora
apalagi metafisika
1 + 1 = 2
sebatas itu, tak ada makna
kecuali semua yang tercipta dibawah kematian
ironi kehancuran
yang membentuk
paradoks bintang utara
malaikat pencabut nyawa bernyanyi sambil memutari
aku ditengah-tengah yang telanjang
di atas melihat dunia
lahir seorang bayi indah rupawan
di tengah babilonia

seonggok jagung di dalam kamar
apakah itu alifmu
atau cuma titikmu
di akhir kalimat

yang membentuk sebuah paragraf
puisi
tak berisi
seperti ini

sajak demi sajak
rima rima tak berjarak
yang tercipta intuisi
tak berambisi

mengalir tanpa tahu ke mana hanya terus mengalir mengisi
kekosongan yang selalu meminta berteriak
makna, makna, makna,
arti, arti, arti,
persetan dengan semuanya

hanya aku dan kemiskinanku
dan tak keberdayaanku terhadap janjiku
dan janjimu
yang kau bilang membebaskan

subteksku selalu sama, kamu, dan aku
berputar selalu ke sana meski aku tak ingin membahasnya
romantisme ku gombal
sebatas ini, kolor hijau
dan novel tebal yang tak terbaca

kamar kotor sekotor pikiranku
tak terawat seperti hidupku
dan keseharianku
yang tak terbentuk oleh kata teratur
tak kreatif seperti impianku
dan tak seindah
angan yang diangan-angan
oleh semua makhluk bertangan
kaki
yang selalu ingin menggapai
lebih
dari yang ada di jangkauan
hati

teori-teori masih ada di langit
tak bisa dipetik
dengan tangan pendek tak teredukasi
yang hanya bisa memukul memaksa
menarik dengan paksa
selalu ingin
namun tak ingin memberi

aku sadar
menulis menggunakan sisi otakku
yang tak pernah ku latih
untuk menjaga hubungan dengan hati
aku harus menutup mulut untuk bisa mendengar dengan seksama apa yang ia katakan

aku terlalu banyak bicara
kata-kataku sebatas pengetahuanku

namun diamku
bisa seluas
semesta tak tersentuh
oleh tangan kerdilku

Tinggalkan komentar